IITCF dan ASITA DKI Gelar Pelatihan Peningkatan Kualitas SDM

1 September 2018
News

JAKARTA| Tantangan dunia bisnis travel kian menantang. Untuk itu, perlu strategi dalam menjalankan roda bisnis travel. Menyikapi fenomena itu, Indonesian Islamic Travel Communication Forum (IITCF) mengadakan kopdar bulanan dengan tema Autopilot Tourism Design For Extreme Productivity.

Acara fullday workshop ini terselenggara atas kerjasama IITCF dengan Association of the Indonesian Tours and Travel Agencies (ASITA) yang dilaksanakan di Hotel Sofyan Tebet Jakarta, Selasa (14/8/2018).

Chairman of IITCF H. Priyadi Abadi, MPar menjelaskan, menghadapi persaingan global dalam bisnis travel, wisata muslim dan bisnis apapun diperlukan SDM yang kuat, terlebih di era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) seperti saat ini.

“Kalau kita tidak menstandarisasi pelayanan kita, maka kita akan tertinggal. Contoh yang paling gampang, Malaysia dan Singapura kan bahasa kesehariannya sudah bahasa Inggris, sementara kita bahasa Inggris bagi sebagian orang masih menakutkan, padahal kita berbicara global,” jelas Priyadi.

Untuk itu, IITCF terus mensosialisasikan dan mendorong para pebisnis dengan cara pelatihan melalui kopdar bulanan dengan tema yang berbeda-beda.

Pada pelatihan ini, diikuti lebih dari 50 owner travel anggota IITCF maupun anggota ASITA. Narasumbernya adalah Master G Coach, Edy Aryanto, S.E.

Beberapa materi yang dibahas dalam pelatihan ini adalah belajar bagaimana grab data potensi pasar pariwisata base on data, belajar general chek up bisiness, belajar merancang business plan menuju blue ocean strategy, belajar cara eksekusi business plan, belajar personal and leadership mastery dan extreme productifity for tourism industry.

Sementara itu, Ketua ASITA DKI. Dra. Hasiyanna S. Ashadi, MM menjelaskan bahwa ASITA DKI menyambut positif wisata halal/ wisata muslim, terlebih bagi perusahaan yang menjadikan bisnis ini sebagai tulang punggung dari bisnisnya.

Di DKI Jakarta sendiri, kata Hasianna, setiap bulan lebih dari sejuta wisatawan asing datang ke Jakarta, apakah dalam rangka wisata atau bukan namun hal ini perlu direspon dengan baik.

“Sekitar satu juta dua ratus perbulan ada, bahkan lebih, apalagi pas hight season mau Asian Games itu pasti lebih,” jelas Hasiyanna.[]